Dokter ungkap perbedaan alergi susu dan intoleransi laktosa pada anak
Alergi susu dan intoleransi laktosa adalah dua kondisi yang sering kali membingungkan bagi orang tua, terutama ketika menyangkut kesehatan anak. Kedua kondisi ini sering kali disalahartikan sebagai hal yang sama, padahal sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Dokter spesialis anak, dr. Lina, mengungkapkan bahwa alergi susu adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap protein susu, sedangkan intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan tubuh untuk mencerna gula susu yang disebut laktosa.
“Gejala yang muncul pada kedua kondisi ini juga berbeda. Pada alergi susu, anak biasanya akan mengalami reaksi alergi yang lebih serius seperti ruam kulit, gatal-gatal, muntah, diare, bahkan sesak napas. Sedangkan pada intoleransi laktosa, gejala yang muncul biasanya lebih ringan seperti perut kembung, diare ringan, atau rasa tidak enak pada perut,” jelas dr. Lina.
Dokter juga menekankan pentingnya untuk segera mengidentifikasi kondisi yang dialami anak agar dapat memberikan penanganan yang tepat. “Jika anak mengalami gejala-gejala yang mencurigakan setelah mengonsumsi susu, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter akan melakukan tes alergi atau tes intoleransi laktosa untuk memastikan kondisi yang dialami anak,” tambah dr. Lina.
Selain itu, pengelolaan pola makan juga perlu diperhatikan untuk kedua kondisi ini. Untuk anak dengan alergi susu, mereka perlu menghindari konsumsi produk susu dan bahan makanan yang mengandung susu. Sedangkan untuk anak dengan intoleransi laktosa, mereka dapat mengonsumsi susu yang telah diberi enzim laktase atau memilih produk susu yang rendah laktosa.
“Kesadaran akan perbedaan antara alergi susu dan intoleransi laktosa sangat penting agar anak dapat mendapatkan penanganan yang tepat dan tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan pola makan. Konsultasikanlah dengan dokter spesialis anak jika anak mengalami gejala yang mencurigakan agar segera ditangani dengan baik,” tutup dr. Lina.